25/11/17

Niat Baik Amalia Prabowo Di Film Naura & Genk Juara

Jaman aku kecil dulu ada banyak acara dan film yang diperuntukan untuk anak anak, dari mulai film kartun sampai ke acara musik khusus lagu lagu anak tuh ada dimana mana. Alhamdulillah aku dibesarkan di zaman itu, zaman dimana anak anak dijadikan 'Raja' di segala aspek.

 Sayangnya, entah kenapa, makin kesini tontonan untuk anak anak tersebut perlahan tapi pasti menghilang dari dunia hiburan, dan digantikan tontonan ala ala orang dewasa yang lengkap dengan adegan yang seharusnya tidak pantas untuk ditonton oleh anak anak. 

Coba saja tes beberapa anak untuk menyanyikan lagu anak, paling juga sebagian besar dari mereka tidak hapal... tapi begitu disuruh menyanyikan lagu dewasa bernuansa cinta cintaan itu, duuuhh mereka langsung hapal diluar kepala dari awal sampai akhir... miris yaa... Inilah yang kemudian menginspirasi Amalia Prabowo untuk memproduksi sebuah film anak anak yang diharapkan dapat mengisi kekosongan tontonan layak anak di negri ini.

 Film bertajuk Naura & Genk juara yang digarap oleh Sutradara Eugene Panji ini berkisah tentang persahabatan Naura, Okky, dan Bimo. Mereka bertiga mengikuti kompetisi sains di Situ Gunung dan berjumpa dengan Kipli, seorang ranger cilik yang hendak menggagalkan usaha sindikat perdagangan hewan liar.

film ini lengkap dengan keseruan serta keriangan khas anak anak yang coba ditampilkan lewat drama musikalnya. bahkan kak seto, selaku perwakilan dari LPAI pun berpendapat kalau film ini amat bagus ditengah banyaknya tontonan tak layak anak yang justru marak di jaman ini. 



sayangnya niat baik menghadirkan film anak ini ketengah masyarakat malah dinodai oleh 
beberapa kalangan dan akhirnya justru menjadi perbincangan lantaran diduga mengandung SARA. Beredar unggahan media sosial yang mengatakan film itu menyelipkan unsur-unsur agama tertentu pada tokoh-tokoh antagonisnya. 

Aku pun jujur awalnya marah karena yang dikatakan dinistakan oleh film tersebut adalah agama ku sendiri,tapi aku berusaha untuk obyektif dan tidak mau langsung menjudge jelek sebelum aku sendiri menonton nya langsung. dan alhamdulillah rabu 22 november 2017 lalu, aku berkesempatan untuk menonton film tersebut di XXI Kota Casablanca. 

Untuk jaga jaga aku memang sengaja tidak mengajak anak pertama ku yang berusia 8 tahun, tapi aku justru mengajak anak keduaku yang berusia 5 tahun dan anak ketigaku yang berusia 2 tahun, kenapa demikian..?? aku berpendapat bahwa anak usia 8 tahun itu akan lebih cepat menyerap apa yang merek lihat, dan karena aku sendiri belum nonton film ini, jujur aku takut mengajak anak pertama ku ini.
Nah kalau anak kedua dan anak ketiga ku yang sama sama berusia balita ini akan aku jadikan tolak ukur seberapa seru dan asiknya film ini.

Dan setelah aku selesai menontonnya, aku amat sangat tidak setuju dengan pendapat mereka yang menyudutkan film ini. ada beberapa tanggapan yang ingin aku tekankan disini. 

Yang pertama kalau dikatakan 'si penjahat' digambarkan sebagai seorang muslim dan bermaksud menistkan islam, ini salah besar... karena disana sang penjahat itu memang digambarkan sesuai imajinasi dari para anak yang sebelum film ini diproduksi mengikuti Focus Grup Discussion. coba inget inget waktu kecil kalau dengar kata penjahat apa yangterlintas di benak kita.. ? Brewokan, pake kolor degan kantong banyak, tato an, dan  mobil jeep... benar ga??! nah seperti itulah gambaran penjahat di film ini. brewokan bukan jenggotan seperti yang disunahkan di agama islam dan pakai celana kolor loh bukan celana no isbal alias ngatung yang juga disunahkan itu.

Yang Kedua, masalah pengucapan lafaz istighfar dan takbir. memang ada beberapa kalimat istighfar dan takbir yang diucapkan oleh sang penjahat di film itu, tapi itu kalimat spontan yang mereka ucapkan karena kaget,  jadi diceritakan si penjahat terkaget kaget sampai mengucap istighfar dan takbir.  tau apa kata anak kedua ku yang berusia 5 tahun itu?? " penjahatnya keren mah, abis jahat dia istighfar... " 

kalau anak usia 5 tahun saja bisa berpikiran positif seperti ini, kenapa kita yang dewasa bisa berpikiran negatif terus pada karya anak bangsa yang bertujuan untuk menyelamatkan anak anak kita dari tontonan tak layak anak... 

Stop Komentar negatif sebelum nonton ya...








    
This entry was posted in

0 comments:

Posting Komentar