07/02/18

Filosofi Roda Berputar Ala Nenek ku

“Khidupan itu ibarat roda yang berputar, kadang diatas kadang juga dibawah...” Begitu kata orang tua jaman dulu. Filosofi ini juga lah yang selalu ditanamkan oleh nenek padaku sejak kecil, dengan harapan kelak ketika dewasa aku bisa lebih legowo dalam menjalani pasang surut kehidupan.

 Hanya saja berbeda dengan kebanyakan orang, Nenek selalu menambahkan bahwa jika kita sedang berada di bawah, maka kita harus terus berusaha untuk ‘memutar roda’ tersebut agar kita bisa mengarah ke tempat yang lebih baik dari sekarang. Karena ‘si roda’ tidak akan bisa berputar tanpa ada yang memutarnya.



Memang benar, Jauh sebelum kita dilahirkan, takdir hidup kita sudah digariskan oleh sang Maha Pencipta, tapi bukankah Dia juga memerintahkan kita untuk selalu berusaha...? Contoh simpelnya gini, Mungkin Allah sudah menetapkan nasi padang sebagai rejeki makan siang kita, tapi bagaimana ‘si nasi padang’ itu bisa hadir di piring kita jika kita tidak berusaha untuk datang ke warung makan padang dan membelinya...? Tentu rejeki yang sudah digariskan tadi ( baca : nasi padang) tetap tidak akan bisa kita dapatkan tanpa usaha.
 konsep rejeki macam ini juga sempat aku bahas ditulisan ku sebelumnya soal Mengubah konsep Rejeki

Begitu juga saat kita sedang berada diatas, nenek juga berpesan agar kita tetap dapat menjaga keseimbangan. Jangan terlalu senang, apalagi sampai meloncat kegirangan. Usahakan ingat selalu bahwa posisi kita sedang berada ditempat yang rawan untuk jatuh.

Di kehidupan nyata, posisi atas memang benar rawan untuk dijatuhkan, karena tidak semua orang menyukai kesuksesan yang telah kita raih. Filosofi soal menjaga keseimbangan saat ada diatas tadi, bisa kita kaitkan dengan tidak terlalu memperlihatkan kesenangan kita pada orang banyak apalagi di media sosial, karena bisa menimbulkan kecemburuan sosial yang nantinya bisa berpengaruh pada kehidupan kita secara langsung.

Filosofi roda ala nenekku ini lah yang kemudian menjadi pedoman hidup ku. Meski sampai saat ini aku belum pernah merasakan posisi yang diatas banget tapi aku selalu memegang teguh wejangan tersebut. Ini jelas membuat ku lebih nrimo atas rejeki yang diberikan oleh-Nya padaku, dan membuatku lebih semangat lagi untuk berusaha.

Saat ini ketika aku sudah memiliki tiga orang anak, aku juga berharap dapat terus menanamkan filosofi roda ini pada alam bawah sadar pikiran mereka. Tentunya dengan cara yang halus seperti, selalu mengingatkan dan mengajak mereka bertiga untuk selalu bersyukur, mengajarkan mereka menabung, dan lain sebagainya.

Aku percaya, dengan filosofi roda ala nenek yang aku turunkan ke anak anakku, nantinya bisa juga dijadikan bekal kehidupan mereka. Insya Allah dengan menerapkan filosofi ini, hidup mereka kelak bisa lebih adem...

***



Duhhh aku jadi kangen nenek... Makasih ya nek atas filosofi kerennya ini... Semoga nenek diberikan tempat yang paling indah di sisi-Nya... Aamiin...  

4 komentar:

  1. Kadang memang pengalaman hidup yang baik justru dapet dari nenek atau orang yang lebih tua ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. hampir semua pelajaran hidup yang aku jadikan pedoman memang berasal dari nenek...

      Hapus
  2. Pernah denger juga nich, jangan terlalu senang saat kesenangan datang, jangan terlalu sedih saat kepedihan tiba-tiba menggantikan. Duh kangen nenekku juga Mbak, sering banget kasih nasehat kehidupan, padahal dulu saya masih kecil

    BalasHapus
    Balasan
    1. waktu kecil aku memang tinggal sama nenek sih mbak, jadi nasehat nasehatnya bener bener mantap dikepalaku...

      Hapus