Saat ini kita semua memang sedang berperang
melawan pandemi, tentunya dengan kemampuan masing-masing. Tenaga medis berada
di garis depan pertahanan pada sektor kesehatan, sementara kami, para blogger
pun ikut berperang melawan berbagai hoaks yang tersebar di dunia maya. Rasanya
tak berlebihan yaa jika aku mengatakan kami seolah memiliki tanggung jawab
untuk setidaknya dapat mengurangi penyebaran hoaks tersebut.
Menurutku, hoaks ini tak kalah berbahaya dengan
sang virus Covid-19. Dampaknya begitu besar, bahkan bisa sampai menghambat
penanganan yang saat ini sedang amat penting dilakukan. Bayangkan saja,
gara-gara sebuah hoaks, masyarakat bisa loh sampai tidak melakukan protokol kesehatan
sama sekali. Alhasil, alih-alih mengalami penurunan, angka penularannya justru
semakin tinggi dari hari ke hari.
Coba saja scroll sosial media mu, pasti ada
saja berita yang membuat dahi berkerut seketika. Contohnya saja soal vaksin Covid-19,
misalnya. Ada yang menulis kalau vaksin tersebut dimasukkan chip untuk melacak
dan mengambil data seseorang, ada lagi yang mengatakan kalau seseorang yang
sudah divaksin hanya memiliki sisa umur dua tahun saja, bahkan ada juga yang
bilang kalau vaksin tersebut tidak halal.
Faktanya, vaksin Covid-19 yang saat ini sedang
gencar disuntikkan ke masyarakat Indonesia telah melalui berbagai uji klinis
oleh para ahli dan terbukti AMAN. Para ahli tersebut jelas merupakan
orang-orang terpilih yang kemampuannya tidak diragukan.
Mirisnya lagi, kebanyakan dari berita-berita
hoaks tersebut disebarkan melalui kanal media sosial atau chat whatsapp oleh
orang terdekat kita. Mungkin memang bukan mereka yang membuat konten tersebut,
namun banyaknya orang yang membagikan ulang, akhirnya membuat ‘kebohongan’ itu
seolah terasa nyata dan dapat dipercaya.
Dampaknya? Sudah jelas, banyak yang akhirnya
menolak untuk divaksin. Padahal saat ini, ikhtiar terbesar yang bisa dilakukan
Indonesia adalah mem-vaksin sebanyak mungkin warga nya untuk membentuk herd
immunity.
No Hoax : Vaksin Aman, Hati Nyaman
Nah untuk mengurangi dampak dari penyebaran
hoaks tersebut, beberapa waktu lalu Kementrian Komunikasi dan Informatika
(Kominfo) Indonesia pun menggelar webinar bertajuk No Hoax : Vaksin Aman, Hati
Nyaman. Tak tanggung-tanggung, Kominfo menghadirkan dr Siti Nadia Tarmizi, M.
Epid, selaku juru bicara Covid-19 Kementrian Kesehatan dan beberapa ahli lain
sebagai nara sumber nya.
Dalam webinar yang dilaksanakan secara daring
melalui layar zoom tersebut, disebutkan setidaknya hingga awal juli 2021 ada
1625 berita hoaks tentang Covid-19 yang tersebar di masyarakat. Tak sedikit
diantaranya jadi viral dan ‘dipercaya’ oleh banyak orang, hingga akhirnya
menghambat penanganan pandemi di Indonesia.
Ada beberapa faktor utama pemicu tersebarnya
berita hoaks ini di kalangan masyarakat Indonesia yang patut kita waspadai
bersama, diantaranya adalah sebagai berikut,
Sharing tanpa saring,
Kebiasaan ingin menjadi yang ter-hits dan
ter-uptodate di antara yang lain, seringkali membuat jari seseorang ‘latah’
membagikan berita tanpa mengecek terlebih dahulu kebenarannya. Kasarnya, bodo
amat berita itu benar atau tidak, yang penting terlihat up to date. Duuuuhhh
jangan dilakukan yaa, yang benar itu justru ‘Saring sebelum Sharing’.
Pastikan cek dulu pada ahlinya soal kebenaran
sebuah berita sebelum membagikan ulang. Kalau tak menemukan data valid, please
stop sampai di kita saja, jangan disebarkan lagi.Oke?!
Tingkat Literasi dan Sosiokultural,
Bukan rahasia lagi kalau masyarakat Indonesia
memang memiliki tingkat literasi yang kurang baik. Sesimpel membaca brief
pekerjaan saja masih suka terlewat, hehehe. Namun, biasakan yuk untuk selalu
membaca dan memahami kembali isi berita yang ingin kita bagikan. Coba
dipikirkan lagi secara akal sehat, apakah berita tersebut masuk di akal atau
tidak.
Aktor Lawan dan Lawan politik
Duh, ini salah satu faktor pemicu hoaks yang sampai
sekarang masih aja ada. Pemilihan umum jelas sudah lewat tapi entah kenapa
serangan-serangan dari lawan politik masih saja terasa. Ayolah kita move on,
jangan terus-terusan bersaing. Inilah saat nya kita tunjukan pada dunia soal
sifat persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia.
Jujur, aku sedikit heran dengan para penyebar
hoaks tersebut. Apa ada rasa kesenangan tersendiri bagi mereka jika melihat
saudara se tanah air nya makin menderita karena pandemi ini? Hmmm… Entahlah,
yang jelas mari kita fokus melakukan yang terbaik di bidang kita masing-masing.
Pandemi ini tak akan pernah selesai jika hanya mengandalkan satu pihak saja.
Seluruh lapisan masyarakat harus bergerak bersama untuk bisa bangkit kembali.
So, untuk kamu yang sedang baca tulisan ini,
baik itu tenaga medis, pekerja kantoran, freelance, abang ojek online atau
bahkan para kaum rebahan, yuk kita bergerak bersama. Terapkan protokol kesehatan
dengan ketat,ingat 5M, pakai dobel masker, dan jangan termakan hoaks. Pastikan
untuk Saring sebelum Sharing.Tetap semangat yaaa…
0 comments:
Posting Komentar