19/10/23

ISEW 2023, Wadah Diskusi Transisi Energi dari Segala Aspek

 



Beberapa waktu lalu, sosial media kita sempat dihebohkan dengan kabar kalau Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta, menjadi kota dengan polusi udara terburuk sedunia. Jujur, aku tidak begitu kaget mendengar berita tersebut. Sebagai orang yang terbilang sensitif dengan polusi udara, aku bisa merasakan kalau belakangan ini udara memang makin tidak bersahabat. Rasanya sedikit menyiksa saja jika harus beraktivitas di luar rumah tanpa masker.


Ramainya pemberitaan tentang polusi udara ini, menurutku malah bisa menjadi satu hal yang positif juga. Yup, dengan keviralan tersebut akan ada banyak masyarakat Indonesia yang lebih memperhatikan dan berusaha untuk mengatasi nya bersama. Ingat, masalah polusi yang terjadi ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah saja, seluruh aspek dan elemen masyarakat harus ikut serta juga di dalamnya.


Sebenarnya berbagai upaya sudah dilakukan demi mendapatkan energi bersih di tanah air kita, salah satunya dengan melakukan transisi energi. Saat ini, kebanyakan energi yang digunakan  berasal dari energi berbahan fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Selain jumlahnya yang terbatas, energi berbahan fosil tersebut tidak ramah lingkungan karena menghasilkan polusi yang cukup mengkhawatirkan. 




Oleh karena itu, transisi energi dari energi berbahan fosil ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan adalah hal yang harus sesegera mungkin dilakukan. Sayangnya, meski terbilang penting, melakukan transisi energi tidak semudah itu. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan secara matang agar tidak menjadi bumerang bagi kita semua. 


Nah kabar baiknya, beberapa waktu lalu diadakakan ISEW 2023 yang bisa dibilang menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, akademisi, sampai masyarakat umum untuk saling diskusi langsung tentang masalah transisi energi ini. Meski kuota nya terbatas, beruntung aku bisa dapat kesempatan untuk hadir secara offline di hari pertama nya. 




For your information, ISEW merupakan singkatan dari Indonesia Sustainable Energy Week yang diselenggarakan di bawah payung kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Jerman. Event yang masuk di tahun kedua ini dihelat oleh Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Clean, Affordable, and Secure Energy for Southeast Asia (CASE), serta Institue for Essential Services Reform (IESR). 


Kebetulan tema yang dibahas saat aku hadir langsung di ISEW 2023 adalah satu tema yang belakangan ini memang membangkitkan rasa penasaranku, yaitu terkait pendanaan iklim dan perkembangan ekonomi hijau. Ada yang penasaran juga sepertiku ini kah? Menurut pemikiran orang awam sepertiku, apapun transisi nya pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit. Nah masalah inilah yang diangkat dalam sesi 3 Workshop di hari pertama ISEW 2023. 




Sesuai dengan tema workshop nya, Climate Finance in Accelerating the Energy Transition in Indonesia, di sesi ini para peserta yang hadir benar-benar diajak untuk berdiskusi secara aktif terkait aspek pembiayaan transisi energi ini. Masalah ini diangkat dalam satu sesi khusus karena memang dianggap penting dan butuh solusi yang holistik. Jangan sampai masalah energi terselesaikan tapi malah menimbulkan masalah baru di bidang keuangan.


Harus diakui, meski belakangan ini biaya yang dikeluarkan untuk sebuah teknologi energi bersih  sudah tidak semahal dulu. Sebut saja panel surya yang saat ini marak dikembangkan, harganya sudah menurun dan malah menjadi ladang pekerjaan hijau baru untuk masyarakat. Meski demikian, teknologi energi bersih  tetap membutuhkan iklim investasi yang mendukung. 


Yup, investasi menjadi salah satu jalan agar pendanaan transisi energi yang dilakukan tidak sampai mengganggu perekonomian secara nasional. Alhamdulillah, mulai dari pemerintah sampai pihak swasta menyambut baik investasi di bidang energi terbarukan ini, salah satunya Just Energy Transition Partnership (JETP) yang baru saja diterima Indonesia di G20 beberapa waktu lalu. 



Meski event ISEW 2023 ini sudah berakhir, aku yakin akan berdampak pada perubahan cara pandang banyak pihak tentang transisi energi ini. Masing-masing elemen akan kembali berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mewujudkan target Net-Zero emission (NZE) di tahun 2060. 


Sebagai masyarakat awam, kita juga bisa kok ikut serta di dalam usaha mencapai target itu. Contoh simpel yang mungkin bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan transportasi umum, beralih ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan dan masih banyak lagi langkah dekarbonisasi lainnya. Nggak perlu minder dengan apa yang kita lakukan, percaya deh sekecil apapun usaha kita tetap akan berdampak pada lingkungan tempat tinggal kita ini.   










0 comments:

Posting Komentar